Fungsi, Ciri-Ciri, Manfaat Musik Klasik 1750 – 1820
Wolfgang Amadeus Mozart Tokoh Zaman Musik Klasik 1750 – 1820
Musik
Klasik Mampu Tingkatkan Intelegensia Anak
Zaman Klasik atau Periode
Klasik dalam sejarah musik Barat berlangsung selama
sebagian besar abad ke-18 sampai dengan awal abad ke-19. Walaupun istilah musik
klasik biasanya digunakan untuk menyebut semua jenis
musik dalam tradisi ini, istilah tersebut juga digunakan untuk menyebut musik
dari zaman tertentu ini dalam tradisi tersebut. Zaman ini biasanya diberi batas
antara tahun 1750 dan 1820, namun dengan batasan tersebut terdapat
tumpang tindih dengan zaman sebelum dan sesudahnya, sama seperti pada semua batasan
zaman musik yang lain.
Zaman klasik berada
di antara Zaman Barok dan Zaman Romantik. Beberapa komponis zaman klasik adalah
Joseph Haydn Muzio Clementi, Johann Ladislaus Dussek, Andrea Luchesi, Antonio
Salieri dan Carl Philipp Emanuel Bach, walaupun mungkin komponis yang paling
terkenal dari zaman ini adalah Wolfgang Amadeus Mozart dan
Ludwig van Beethoven.
Adapun Ciri Zaman Musik Klasik 1750 - 1820
1.
Menggunakan peralihan dinamik dari lembut sampai keras atau (cressendo)dan dari
keras menjadi lembut(decrssendo).
2.
Perubahan-perubahan tempo dengan percepatan atau (accelerando) dan
perlambatan(ritardando).
3.
Hiasan / ornamentik diperhemat pemakaiannya.
4.
Pemakaian akord 3 nada.
Bahkan MUSIK KLASIK MOZART
PENGARUHI TUMBUH KEMBANG SANG JANIN
Berikut
Artikelnya:Musik terbukti tidak cuma materi hiburan yang memanjakan telinga.
Alunan suara yang berirama ini bisa dimanfaatkan untuk merangsang janin agar
kelak menjadi anak cerdas dan kreatif. Bahkan musik bisa dipakai untuk
menyembuhkan orang yang sakit. Hal itu diungkapkan dr. Radix Hadriyanto Sp.A,
spesialis anak RS Adi Husada Undaan Wetan Surabaya pada saat seminar
”Optimalisasi Tumbuh Kembang Bayi dan Anak”.
Menurut
dr. Radix, jika ingin mempunyai anak yang cerdas, hendaknya orang tua
mengoptimalisasi anak sejak dini. ”Semua orang tua pasti menginginkan anak yang
berotak cerdas dan lincah. Namun mereka belum banyak mengetahui bagaimana cara
merawat anak agar kelak menjadi kebanggaan orang tua,” tukasnya.
Dua
hal penting yang sangat dianjurkan oleh dr. Radix agar orang tua mempunyai anak
yang cerdas, merawat dengan benar dan memberinya musik klasik yaitu Mozart. Dikatakan
bahwa alunan musik klasik karya
Wolfgang Amadeus Mozart efektif merangsang otak bayi. Jenis musik Mozart ini
menurutnya dapat merangsang perkembangan sel-sel otak pada janin. Rangsangan
ini sangat penting karena masa tumbuh kembang otak yang paling pesat terjadi
sejak awal kehamilan hingga bayi berusia tiga tahun.
Cara
yang dilakukannya pun tidak sembarangan. Menurutnya ada aturan-aturan khusus,
termasuk durasi waktu yang digunakan. Diantara tata cara menggunakan musik
Mozart :
1.
Mengunakan headset dan
di tempelkan di kedua sisi perut secara simetris pada ibu yang mengandung calon
bayinya.
2.
Pemutaran musik Wolfgang
Amadeus Mozart yang anda pilih jangan merusaknya dengan suara keras.
Kecilkan volume lagu agar musik menjadi pelan dan nyaman.
3.
Durasi waktu dalam satu
kali pemutaran maksimal 1 jam.
4.
Lakukan setiap hari 1-2
kali pemutaran diwaktu senggang anda.
Kehebatan
musik Mozart ini membuat dr. Radik memujinya, ”Dia memang sangat luar biasa,
tak ada yang bisa mengungguli kehebatan karya Mozart ini, terutama 10 judul
musiknya,” ujarnya.
Lebih
lanjut ia menjelaskan, berbagai area di otak secara tak terduga ternyata
terlibat ketika kita melakukan interpretasi, mendengarkan, atau memainkan
musik.
Area
inilah yang berperan pada proses berpikir secara analitis. Musik mempengaruhi
otak dan keadaan emosi dan suasana hati seseorang. Intelegensia manusia
berkaitan erat dengan fungsi-fungsi fisiologis dari otak.
Penelitian
neurologis yang dilakukan memang membuktikan bahwa terjadi peningkatan
aktivitas bagian frontal otak kanan dan bagian temporo-parietal otak kiri pada
manusia yang mendengarkan musik Mozart.
Selain
memberikan stimulasi alunan musik karya Mozart, dr. Radix juga mengingatkan
agar para ibu yang sedang hamil untuk tidak melupakan konsumsi makanan empat
sehat dan lima sempurna. ”Bukan berarti dengan mendengarkan musik saja dapat
cerdas, namun juga harus didukung oleh faktor makanan yang mempunyai gizi cukup
untuk ibu dan bayinya,” tuturnya.
Menurut
dr. Radix, janin yang berada dalam kandungan juga sangat membutuhkan subsidi
makanan yang bergizi. Protein dan karbohidrat serta berbagai macam vitamin
sangat bagus untuk janin. ”Susu yang mengandung DHA, sangat tepat jika
dikonsumsikan pada ibu yang sedang hamil,” ujarnya.
Asupan
makanan bergizi yang dibutuhkan oleh bayi terdapat pada makanan yang tergolong
pada ikan laut seperti ikan tongkol, tengiri dan salmon merupakan ikan dengan
subsidi Omega 3 yang dapat mengembangkan syaraf otak anak. Sehingga dengan adanya
kombinasi dari musik klasik Mozart, makanan dan minuman yang mempunyai gizi
cukup diharapkan tumbuh kembang sang janin dapat sempurna dan ketika lahir
kelak menjadi dambaan setiap orang tua.
Fungsi Musik Klasik Bisa Seimbangkan Fungsi Otak
Kiri-kanan
Berikut
Artikelnya:Pimpinan International Brain Academy (IBA) Indonesia, Jong Ren Young
mengatakan, memainkan musik klasik dapat membantu menyeimbangkan fungsi antara
otak kiri dan kanan.
"Secara umum, orang Asia dilahirkan secara genetik dengan fungsi otak kanan lebih dominan," katanya di sela pergelaran "Asia IBA Concert Tour 2009-2010" di IBA Semarang, Senin malam.
Padahal, kata dia, penggunaan otak kanan saja tanpa memperhatikan otak kiri tidak akan cukup, terutama berkaitan dengan cara berpikir logis yang dipengaruhi oleh fungsi otak kiri.
Menurut dia, otak kanan berfungsi untuk memberikan fantasi, apresiasi seni, dan sebagainya, sementara otak kiri bertugas dalam pemecahan masalah, sehingga harus digunakan secara seimbang.
"Secara umum, orang Asia dilahirkan secara genetik dengan fungsi otak kanan lebih dominan," katanya di sela pergelaran "Asia IBA Concert Tour 2009-2010" di IBA Semarang, Senin malam.
Padahal, kata dia, penggunaan otak kanan saja tanpa memperhatikan otak kiri tidak akan cukup, terutama berkaitan dengan cara berpikir logis yang dipengaruhi oleh fungsi otak kiri.
Menurut dia, otak kanan berfungsi untuk memberikan fantasi, apresiasi seni, dan sebagainya, sementara otak kiri bertugas dalam pemecahan masalah, sehingga harus digunakan secara seimbang.
Ia mengatakan, keadaan tersebut berbeda dengan orang-orang Barat yang memang terlahir secara genetik dengan fungsi otak kiri biasanya lebih dominan dibandingkan dengan otak kanan.
"Hal ini dibuktikan dengan kemunculan nama-nama para ahli di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang berasal dari Barat, sedangkan ilmuwan dari Asia hampir tidak dapat ditemui," katanya.
Oleh
karena itu, kata dia, untuk menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kiri dapat
dilakukan dengan cara memainkan musik klasik, seperti metode pembelajaran musik
yang diajarkan di IBA.
"IBA tidak seperti sekolah musik biasanya, namun IBA merupakan sekolah musik yang membantu siswa menggunakan fungsi otak kiri dan kanan secara seimbang lewat permainan musik klasik," katanya.
"IBA tidak seperti sekolah musik biasanya, namun IBA merupakan sekolah musik yang membantu siswa menggunakan fungsi otak kiri dan kanan secara seimbang lewat permainan musik klasik," katanya.
Menurut
dia, kalaupun nantinya siswa yang bersangkutan menjadi seorang yang sangat
mahir dalam memainkan alat musik, hal itu merupakan hasil sampingan yang tidak
menjadi tujuan utama IBA.
Selain mengaktifkan fungsi otak kiri dan kanan secara seimbang, lanjut dia, metode yang diterapkan dalam pembelajaran musik di IBA juga dapat menyeimbangkan fungsi sum-sum tulang belakang.Ia menjelaskan, metode pembelajaran musik di IBA secara spesifik adalah memperkenalkan ritme, harmoni, dan hal-hal bersifat matematis yang terdapat dalam musik, terutama musik klasik.
Selain mengaktifkan fungsi otak kiri dan kanan secara seimbang, lanjut dia, metode yang diterapkan dalam pembelajaran musik di IBA juga dapat menyeimbangkan fungsi sum-sum tulang belakang.Ia menjelaskan, metode pembelajaran musik di IBA secara spesifik adalah memperkenalkan ritme, harmoni, dan hal-hal bersifat matematis yang terdapat dalam musik, terutama musik klasik.
IBA
Indonesia, kata dia, saat ini baru ada di Jakarta, Surabaya, dan Semarang,
sedangkan di luar negeri sudah ada di Australia, Singapura, Hongkong dan
berpusat di Jerman.
"Untuk IBA Indonesia, kami tidak menggunakan musik Asia karena coraknya masih mengandalkan fungsi otak kanan, sehingga memilih musik-musik klasik yang berasal dari Barat," kata pria yang berdomisili di Jerman itu.
Dalam pergelaran itu, para pianis cilik IBA Jerman, IBA Indonesia dan SD Bernardus secara bergantian beraksi menghibur penonton dengan menunjukkan kepiawaiannya menarikan jari-jarinya di atas tombol piano.
"Untuk IBA Indonesia, kami tidak menggunakan musik Asia karena coraknya masih mengandalkan fungsi otak kanan, sehingga memilih musik-musik klasik yang berasal dari Barat," kata pria yang berdomisili di Jerman itu.
Dalam pergelaran itu, para pianis cilik IBA Jerman, IBA Indonesia dan SD Bernardus secara bergantian beraksi menghibur penonton dengan menunjukkan kepiawaiannya menarikan jari-jarinya di atas tombol piano.
Stephanus
Maximillian (15), salah satu pianis IBA Indonesia mencoba kebolehannya bermain
piano dengan memainkan satu lagu dari "soundtrack" film Pirates of
Caribbean hanya menggunakan satu tangan.
"Saya ingin benar-benar menjiwai lagu ini, karena tokoh aslinya adalah bajak laut yang hanya memiliki satu tangan utuh, saya juga memakai satu tangan," kata siswa SMP Domenico Savio Semarang itu sesaat sebelum membawakan lagu.
"Saya ingin benar-benar menjiwai lagu ini, karena tokoh aslinya adalah bajak laut yang hanya memiliki satu tangan utuh, saya juga memakai satu tangan," kata siswa SMP Domenico Savio Semarang itu sesaat sebelum membawakan lagu.
Musik klasik dan Kecerdasan
Musik Klasik Pun
Bermanfaat Untuk Kecerdasan Berikut Artikelnya:
Sejak
beberapa dekade belakangan ini, kesadaran orang tua untuk memperkenalkan musik
pada anak sejak dini semakin tinggi. Terlihat dari menjamurnya sekolah musik
ini itu yang membuka kelas musik untuk anak-anak mulai umur balita. Biarpun
biaya kursus itu relatif mahal, tapi para orangtua tetap berusaha agar si anak
bisa sekolah musik di situ.
Kesadaran
itu dipicu oleh hasil penelitian bahwa musik, terutama musik klasik ternyata sangat mempengaruhi
perkembangan IQ (Intelegent Quotien) dan EQ (Emotional Quotien). Anak-anak yang
sejak kecil terbiasa bergaul dan mendengarkan musik akan memiliki kecerdasan
emosial dan intelegensia yang lebih berkembang, dibandingkan anak-anak yang
yang jarang mendengarkan musik.
Dalam
hal kedisiplinan juga demikian, biasanya anak yang sering mendengarkan musik
akan jauh lebih disiplin daripada yang tidak. “Penelitian menunjukkan, musik
klasik yang mengandung komposisi nada berfluktuasi antara nada tinggi dan nada
rendah akan merangsang kuadran C pada otak. Sampai usia 4 tahun, kuadran B dan
C pada otak anak-anak akan berkembang hingga 80 % dengan musik.”
Tidak
bisa dipungkiri bahwa musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Sekarang ini
saja, siapa sih yang tidak mendengarkan musik? Siapa yang tidak pernah
bernyanyi dan bersenandung dalam hidupnya? Umumnya, ketika remaja, setiap orang
akan mulai mengarahkan minatnya pada jenis musik yang sesuai dengan jiwanya.
Musik yang baik berawal dari musik klasik. Ketika seorang anak menguasai musik klasik dengan baik, kelak dia akan dengan mudah
mengembangkan kreativitasnya di jenis musik yang lebih modern.
Apa
itu musik klasik, dan komposisi seperti apa sih yang
layak digolongkan sebagai musik klasik? Genre musik yang satu ini memang sering
engundang salah pengertian dimata mereka yang “awam”. Biasanya jenis musik ini
dianggap identik dengan musik yang dimainkan oleh orkestra. Stereotip ini tidak
selamanya benar, sebagaimana pengertian orkestra yang melulu diartikan sebagai
musik yang dimainkan oleh sepasukan musisi dengan didominasi oleh alat musik
gesek (string). Kenyataannya, gamelan itu juga orkestra koq.
Dalam
pengertian aslinya, musik klasik adalah
komposisi musik yang lahir dari budaya Eropa sekitar tahun 1750-1825. Biasanya
musik klasik digolongkan melalui periodisasi tertentu, mulai dari periode
klasik, diikuti oleh barok, rokoko, dan romantik. Pada era inilah nama-nama
besar seperti Bach, Mozart, atau Haydn melahirkan karya-karyanya yang berupa
sonata, simfoni, konserto solo, string kuartet, hingga opera. Namun pada
kenyataannya, para komposer klasik sendiri tidak pernah menggolong-golongkan
jenis komposisi yang mereka gubah. Penggolongan yang kita kenal sekarang dilakukan
semata-mata untuk mempermudah, terutama untuk kepentingan akademis.
Ada
pula pengertian lain dari musik klasik (walaupun
yang ini jarang dipakai), yaitu semua musik dengan keindahan intelektual yang
tinggi dari semua jaman, baik itu berupa simfoni Mozart, kantata Bach atau
karya-karya abad 20. Istilah “keindahan intelektual” itu sendiri memiliki
pengertian yang relatif bagi setiap orang. Dalam pengertian ini, musik dari era
modern seperti Kitaro, Richard Clayderman, Yanni, atau bahkan Enya, juga bisa
digolongkan sebagai musik klasik, tergantung dari sisi mana kita menikmatinya.
Kalau kita lebih banyak menikmati elemen intelektual dalam pengertian melodi, harmoni,
atau aspek komposisi lainnya, maka jadilah iamusik klasik. Tapi kalau kita berpegang pada
pengertian yang pertama tadi, maka jelas jenis musik ini tidak masuk dalam
pengertian musik klasik. Untuk ini tersedia genre tersendiri, yaitu “new age”,
atau terkadang juga digolongkan sebagai “art music”.
Cerdas dengan Musik Klasik ?
MUSIK
tidak cuma merupakan materi hiburan yang memanjakan telinga. Alunan suara yang
berirama ini bisa dimanfaatkan untuk merangsang janin agar kelak menjadi ANAK
cerdas dan kreatif. Bahkan musik bisa dipakai untuk memutar janin sungsang kembali
ke posisi normal. Dibandingkan dengan kemampuan rata-rata anak seusianya, anak
dari Ny. Ir. Catharina (30) jauh lebih baik. Ketika berusia dua bulan, anaknya
sudah bisa tertawa terbahak-bahak. Di usia 3,5 bulan, sudah bisa melepas
kacamata kakeknya. Bahkan, ketika umurnya menginjak empat bulan, sudah bisa
bersalaman. Semua itu bukan tanpa sebab. Ketika hamil, Ny. Catharina ingat
cerita orang tuanya bahwa musik klasik karya Wolfgang Amadeus Mozart bisa
membuat perkembangan otak belahan kanan janin dalam kandungan menjadi lebih
baik sehingga meningkatkan kemampuan afektif si anak. Dari situlah ia lalu
berusaha untuk selalu mendengarkan musik klasik.(
Sumber : Majalah Intisari).
Selain
memberi rangsangan psikologis, musik ternyata juga dapat memberi stimulasi
untuk perkembangan kecerdasan anak. Musik yang sudah diperkenalkan pada anak
sejak masih berada dalam kandungan akan merangsang perkembangan otak kanannya
yang memang berkaitan dengan perkembangan kreatif, perasaan, gaya bahasa, irama
musik, warna, sosialisasi dan perkembangan kepribadian. Hal ini pun dibuktikan
melalui penelitian yang dilakukan oleh University of Texas di Austin, Texas.
Hasil penelitiannya mengatakan bahwa anak yang diperdengarkan musik klasik
menunjukkan tingkat emosi yang lebih stabil dibandingkan dengan anak yang
diperdengarkan musik rock.
MUSIK KLASIK UNTUK PENDIDIKAN DAN
KESEHATAN
SEBUAH
penelitian di Universitas Berlin menemukan bahwa murid yang mendengarkan musik klasik sepuluh
menit sebelum ujian dimulai, bisa lancar mengerjakan soal-soal ujian
dibandingkan anak murid yang tidak mendengarkan musik klasik.
Seorang
guru di Osijek, Kroasia memutar musik Mozart sebelum kelas dimulai. Musik itu
disalurkan melalui sebuah pengeras suara yang dipasang di setiap kelas.
Diyakini, ini akan mencegah kekerasan, membuat anak-anak menjadi tenang dan
santai, sehingga situasi kelas lebih mudah terkendali.
Musik
Mozart juga dipergunakan beberapa rumah sakit di Eropa timur. Lima kali sehari.
Metode ini diyakini membuat bayi yang baru dilahirkan lebih sehat dan santai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar